"Latihlah anak-anak untuk grounding dan menyatu dengan alam"
Sebuah kalimat yang membuat kami, para orangtua yang kebetulan hidup di pinggiran kota dimana notabene lingkungannya sudah dipadati tembok-tembok beton dengan jalanan beraspalnya, merasa perlu untuk mengajak anak-anak berkegiatan di alam bebas seperti camping sekaligus grounding (berjalan tanpa alas kaki, berbaring di tanah, dan berendam di dalam air). Tetapi, meskipun camping ground di sekitaran Jakarta sudah sangat banyak, tetap saja ketika ada long weekend semuanya tiba-tiba saja full. Akhirnya, karena rencana camping ini memang dadakan menunggu jadwal kepulangan Pak Suami dari Medan, acara camping bersama bocil pun baru disiapkan menjelang H-1.
Kemanakah tujuan camping kami kali ini?
Kami memilih Ranca Upas, karena dekat camping ground ada penangkaran rusa dan hot spring pool-nya, siapa tahu kami bisa berendam disana.
Untuk mendistraksi bocil dari kebosanan selama perjalanan, kami pun mampir di beberapa tempat untuk sekedar istirahat, ishoma, beli kopi dingin dan cemilan. Salah satunya di rest area km 88 tol Cipularang yang ada Masjid BSI. Rest area ini cukup luas dan ramai sekali, mungkin karena tenant-tenant yang buka disini cukup lengkap mulai dari minimarket, coffee shop, tempat oleh-oleh terkenal seperti Venus, food court sampai restoran Solaria.
Jadi, camping ground di Ranca Upas ini sekarang sudah mulai rapi, jauh berbeda dari 10 tahun lalu ketika kami camping disini. Di pintu masuk parkiran, sudah ada papan petunjuknya. Lalu mushola yang tersedia juga cukup besar dan dekat dengan toilet umum. Untuk toilet umumnya sendiri, menurut saya kurang bersih dan kurang terawat. Jumlah bilik toiletnya pun hanya ada 4, jadi kurang memadai terlebih saat long weekend ketika banyak orang camping disini.
Fyi, tenda kami letaknya tidak terlalu jauh dari kedua tempat itu. Cukup memudahkan bagi saya dan anak-anak untuk bolak-balik ke toilet maupun Mushola. Hanya saja, kalau antrian toilet sedang panjang rasanya jadi tantrum sendiri.
Apa sih kegiatan anak-anak saat camping agar tidak bosan?
Saya sendiri membebaskan mereka untuk bermain di lapangan rumput depan tenda kami, mereka bebas berlari-larian, bermain tangkap-kejar, lompat-lompatan dari satu tali tenda ke tali tenda lain, sampai akhirnya saya berdayakan mereka untuk mengumpulkan daun-daun kering untuk pelengkap api unggun.
Selepas adzan maghrib, kami mulai membuat api unggun untuk menghangatkan badan. Sedikit tips ketika kalian mau membuat api unggun, carilah daun atau ranting kering yang banyak dan letakkan di dalam kayu bakar. Siram minyak tanah ke kayu bakar sedikit-sedikit, sulut api ke daun kering atau ranting yang lebih mudah terbakar, jangan langsung ke kayu bakar.
Api unggun ini amat sangat membantu kami melawan hawa dingin di Ranca Upas, karena jaket atau sweater tebal saja rasanya tidak cukup. Menjelang jam 9 malam, api unggunnya mulai padam, hawa dinginnya juga semakin menggigit kulit. Bocil yang mulai ngantuk pun akhirnya menyerah dan meminta masuk ke dalam tenda untuk tidur. Mereka dengan tertib masuk ke dalam sleeping bag yang hangat dan tidak perlu menunggu waktu lama untuk terlelap.
Paginya, kami semua kompak bangun setelah terdengar adzan subuh. Setelah shalat subuh, kami tidak ada yang berani untuk mandi pagi, jadi hanya sikat gigi dan cuci muka saja. Setelah itu kembali masuk sleeping bag untuk menghangatkan badan. Padahal, kalau kalian berani keluar dari selimut dan bergentayangan di luar, pemandangan Ranca Upas yang berkabut di pagi hari sangatlah indah dan syahdu. Namun apalah daya, kami lebih memilih menunggu dalam selimut sampai matahari muncul menghangatkan pagi. Kami baru beranjak keluar tenda ketika bocil mulai rewel karena kelaparan - mungkin karena hawa dingin jadi perut cepat terasa lapar, mereka minta dibuatkan sarapan mie rebus dan telur dadar. Setelah kenyang, bocil-bocil pun mulai tidak sabar ingin segera ke penangkaran rusa.
Kami membeli sekeranjang wortel seharga 22k untuk para rusa yang rata-rata di tempat ini tuh gemoy-gemoy banget. Tetapi tetap saja begitu melihat bocil menyodorkan wortel, para rusa itu langsung agresif dan berebutan. Tidak jarang, rusa-rusa betina jadi kalah bersaing dari rusa jantan bertanduk besar untuk mendapatkan makanan.
Selain rusa, di penangkaran rusa ini juga ada kolam ikan berisi beragam jenis ikan mulai dari ikan mas sampai ikan koi. Anak-anak kami pun langsung bersemangat ingin membeli makanan ikan. Harga satu bungkusnya 6k, kami membeli dua bungkus untuk dua bocil kami. Mereka pun betah berlama-lama memberi makan ikan-ikan yang bersemangat berebut makanan yang dilemparkan ke dalam air.
Kalau ditanya apakah camping kali ini seru?
Dua bocil ini kompak menjawab seru sekali, hanya satu hal yang membuat mereka kecewa adalah kolam air panasnya yang belum juga buka sampai lewat jam delapan pagi. Sementara di papan pengumuman yang terpasang, seharusnya sudah mulai dibuka sejak jam 8 pagi sampai jam 5 sore.
Saya dan Pak Suami yang sudah sepakat sejak awal ingin sekalian mengajak anak-anak ke Kawah Putih, memutuskan untuk tidak menunggu kolam air panas sampai buka. Setelah melewati perdebatan panjang dengan bocil, akhirnya mereka pun setuju untuk melewatkan rencana berendam di kolam air panas dan langsung cus ke Kawah Putih.
Untuk cerita lengkap main-main kami di Kawah Putih akan saya tulis dalam cerita berikutnya, InsyaAllah.
MasyaAllah, keren sekali Al 🤩
ReplyDeleteYuuuk camping bu malis 😁
Delete