Sapan dan Awan, Kopi Toraja yang Rasanya Juara

KAA, salah satu tempat hits yang menjual kopi toraja

Sebenarnya saya ke Toraja itu sudah cukup lama, dua tahun lalu. Lantas kenapa baru sekarang menulis soal kopi Toraja? alasannya sih sederhana saja, karena saya malas. Ahahahaha

Jadi KAA ini warung kopi Toraja yang direkomendasikan oleh guide kami waktu itu. Lokasinya di pinggir jalan utama Makale-Rantepao, jadi tidak sulit untuk menemukannya. Aroma khas kopi Toraja langsung tercium begitu kita sampai di depan warung kopi ini. Bagi penikmat kopi seperti saya rasanya itu surgawi banget deh pokoknya. 😁

Begitu kita masuk ke dalam warung kopi, mata kita langsung disambut oleh jajaran toples berisi biji kopi dan sebuah mesin penggiling kopi yang saya taksir usianya sudah cukup tua. Disini kita bisa melihat secara langsung bagaimana pemilik warung mengolah biji-biji kopi sampai menjadi bubuk kopi kemudian diseduh dan disajikan di atas meja. Amazing lah 😍

toples berisi biji kopi Toraja

alat penggiling kopi

Setiap pengunjung yang datang juga diberikan secangkir kopi secara gratis loh, dan asyiknya lagi kita bisa memilih mau mencoba kopi jenis apa supaya tidak salah pilih untuk dibawa pulang nanti. Ada  dua jenis kopi yang dijual disini. Kopi Arabika dan Robusta, saya kurang paham secara mendetail bagaimana perbedaan kedua jenis kopi itu, tetapi menurut saya Arabika itu rasanya lebih asam dan aromanya cenderung lebih kuat dibandingkan Robusta. Nah dari jenis itu dibagi lagi berdasarkan daerah asal kopi dan bentuk bijinya. Untuk biji kopi biasa (terbelah dua) ada dua jenis yaitu Sapan dan Awan sesuai daerah asalnya yang memang sudah terkenal seantero Toraja. Sedangkan untuk biji kopi yang utuh ada kopi Lanang atau Peaberry.

Mengenai harga, jujur saja saya sudah lupa. Ahahahaha
Saya cuma ingat yang paling mahal di antara jenis kopi itu adalah kopi Lanang dan pemilik warung kopi menjual biji kopi per 200 gram untuk setiap jenisnya. 200 gram ini ditimbang biji kopinya ya, jadi setelah kita memilih biji kopinya kemudian baru digiling dan di-packing untuk dibawa pulang. Lalu apakah berat kopinya berubah setelah digiling? Waaaah kalau itu sih saya juga kurang tahu karena waktu itu tidak kepikiran untuk menimbang ulang begitu sampai di rumah. Ahahahaha  

Untuk rasa, kopi Toraja ini sih juara di hati saya. Saya biasa menikmatinya dengan campuran susu kental manis dan kadang-kadang saya tambahkan es batu juga untuk menemani santai siang di rumah. Meskipun aromanya cenderung tajam, tetapi rasanya lebih soft bila dibandingkan dengan kopi Waerebo ataupun Gayo yang pernah saya coba.

Jadi, kapan mau ke Toraja untuk berkenalan dengan kopi Sapan dan Awan atau mungkin kopi Lanang nya?

No comments