Mudik ke Labuan Mapin bonus Pulau Kenawa

Pulau Kenawa, Sumbawa Barat

Awal Agustus lalu, saya dan suami mudik ke kampung halaman Alm. Bapak demi mewujudkan keinginan terakhir Bapak yang nggak kesampaian untuk ziarah ke makam Nenek 😔.

Kami berangkat dengan Lion Air penerbangan pertama dari Soetta yang Alhamdulilah tidak delay. Landing di Lombok Praya jam 8.00 WITA, karena tidak ada bagasi jadi kami langsung naik taksi menuju Mataram agar tidak ketinggalan travel ke Sumbawa yang sudah kami pesan untuk pemberangkatan jam 11.00 siang. Ongkos taksinya 150k dengan waktu tempuh sekitar 1 jam sampai di depan travel Titian Mas yang lokasinya persis di seberang Epicentrum Mall yang konon merupakan mall terbesar di Mataram.

Tarif travel Titian Mas per orang 120k, seperti biasa jadwal berangkat yang seharusnya jam 11.00 ngaret  menjadi hampir jam 12.00. Perjalanan dari Mataram ke Sumbawa sekitar 3 jam, detailnya sih dari Mataram ke Pelabuhan Kayangan sekitar 2 jam kemudian dilanjutkan dengan penyeberangan menggunakan kapal feri menuju Pelabuhan Poto Tano sekitar 1 jam kalau ombaknya cukup bersahabat loh ya 😁. Dari Pelabuhan Poto Tano ke Labuan Mapin kurang lebih hanya 15 menit.

Hari kedua di Labuan Mapin, kami langsung ziarah ke makam nenek. Karena di hari pertama kami langsung tepar, sampai di rumah Tante sekitar jam 4 sore dan sedikit mabuk laut juga mungkin hehehe. Makam nenek yang lokasinya di pinggir pantai agak sedikit berbeda dengan makam yang sering kita lihat di Jakarta. Makam nya bukan dari tanah tetapi pasir.

Pulang dari makam, Om saya tiba-tiba menawarkan untuk piknik ke Pulau Kenawa. Wah tawaran yang sangat menarik dan nggak mungkin ditolak bukan? 
Pulau Kenawa memang tidak jauh dari Labuan Mapin ternyata, kita bisa melihat pulau yang tampak menyembul seperti jerawat di tengah lautan itu dari Pelabuhan Nelayan di depan rumah Tante. Hanya butuh waktu sekitar setengah jam menyebrang dengan kapal nelayan kecil milik Om saya.

Kapal yang kami gunakan untuk menyebrang ke Pulau Kenawa
Dan yang paling membuat deg-degan adalah ketika saya mengetahui nahkoda kapal kecil yang membawa kami semua menyebrang ke Pulau Kenawa adalah keponakan saya yang usianya baru 10 tahun ahahaha. Anak itu memang calon pelaut ulung seperti kakek-kakeknya, di usianya yang masih sekecil itu dia sudah jago menyelam bahkan sudah berani membawa sampan sendirian untuk mencari ikan. Luar biasa bukan?
Penasaran dengan nahkoda kecil yang saya ceritakan? Di foto di bawah ini dia yang berdiri memakai baju merah tuh, namanya Akbar dan baru kelas 5 SD 😄
View Lautan dari puncak bukit Pulau Kenawa

Pulau Kenawa ini masih dikelola Pemerintah Sumbawa Barat sepertinya, karena masuk pulau masih gratis tis tis tis. Tetapi jangan khawatir karena sudah ada toilet umumnya yang juga gratis. Pemandangan sekelliling pulau tidak ada satu pun yang tidak indah, sejauh mata memandang tampak birunya laut dan hamparan rumput sabana yang meliuk-liuk memanjakan mata.
Saya saja betah berlama-lama duduk di puncak bukit Pulau Kenawa meskipun Matahari sedang terik-teriknya, karena hembusan angin pantai yang bersih membuat udara panas jadi tidak terlalu menyiksa. Buat yang nggak suka panas-panasan langsung di bawah Matahari, tenang saja karena di pinggiran pantai sudah ada gazebo-gazebo yang dibangun untuk tempat bersantai kok. Dan ada rumah botol yang cantik juga untuk foto-foto narsis.
Gazebo di Pulau Kenawa
Sebelum pulang kembali ke Jakarta tidak lupa untuk foto keluarga dulu sebagai oleh-oleh untuk Ibu saya. Beliau batal ikut mudik karena gagal mengalahkan rasa takutnya naik pesawat hehehe. Maklumlah orang tua yang dari jaman dahulu kala biasa mudik naik bis dan kereta. Tetapi kebayang kan kalau naik bis dari Jakarta ke Labuan Mapin yang memakan waktu 3 hari 3 malam rasanya bagaiamana? Saya sih ngebayangin nya saja sudah nyerah 😅

Dari kiri ke kanan - Safar, Tuti, Saya, Tante, Liya si ponakan unyu, Pak Suami











   

No comments