![]() |
Pic from Tirto.id |
Beberapa hari ini semua sosmed ramai membahas tentang Covid19. Wajar memang, karena virus ini sudah menjadi pandemik dan Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat lonjakan kasus positif Covid19 yang cukup tinggi. Rush supermarket dan kelangkaan masker disusul hand sanitizer sudah terjadi sejak dua minggu lalu. Banyak orang diserang kepanikan yang pada akhirnya melakukan tindakan-tindakan berlebihan yang tanpa sadar justru merugikan orang lain. Padahal sebenarnya siapa saja sih yang perlu menggunakan masker? Dan bagaimana cara menggunakan masker yang benar? Saya coba share disini dan semoga saja bisa bermanfaat.
Jadi kalau kalian tidak batuk dan flu, tidak perlu memakai masker. Kasihan orang-orang yang sakit atau tenaga medis yang memang membutuhkan masker kalau sampai barang ini menjadi langka dan sulit didapatkan.
Selain masalah kelangkaan masker, jujur saja sharing info yang belum jelas sumbernya di beberapa grup WhatsApp kian menambah rasa tidak tenang padahal belum tentu infonya benar, kebanyakan ternyata malah hoax. Misalnya saja info tentang cara mengetes apakah kita sudah terjangkit virus Corona atau belum dengan cara menahan nafas selama lebih dari 10 detik. Lalu ketika kita mencoba dengan tergesa dan hasilnya tiba-tiba di detik ke-8 kita terbatuk, paniklah kita. Padahal sebenarnya belum tentu juga kita sudah terjangkit virus Corona.
Saya sendiri yang awalnya mudah was-was setiap kali membaca berita-berita yang di sharing di grup, akhirnya mencoba lebih rasional dengan mengecek kebenarannya di situs resmi kominfo. Contohnya seperti info hoax di bawah ini yang mengatasnamakan lembaga dunia UNICEF, padahal nyatanya pun berasal dari sumber yang tidak terverifikasi.
Miris ya, di tengah bencana pandemik virus seperti ini masih saja ada orang-orang yang dengan sengaja memanfaatkan kesempatan untuk menyebarkan berita yang justru menyesatkan. Dan lebih parahnya lagi, para pemburu berita pun bukannya ikut menjaga situasi agar tetap kondusif tetapi sering kali demi konten menarik justru memproduksi berita yang membuat panik.
Saya tidak akan membahas mengenai anjloknya bursa saham dan analisa para ekonom mengenai kemungkinan bangkrutnya negara kita, itu bahasan yang terlalu berat untuk emak-emak semacam saya. Saya hanya akan membahas mengenai berita kelangkaan bahan kebutuhan pokok seperti headline sebuah media online beberapa waktu lalu. Headline yang membuat saya sempat ketar-ketir. Nyatanya begitu saya membaca isi berita yang dimaksud bahan kebutuhan pokok adalah rempah-rempah seperti kunyit, jahe, temulawak, dan rimpang-rimpangan sejenisnya. Bayangkan, sejak kapan orang Indonesia mengonsumsi rimpang-rimpangan sebagai makanan pokok?
Bukan itu saja, tadi pagi saya dibuat ternganga dengan postingan Instagram Master Deddy Corbuzier yang menayangkan video seorang PDP (Pasien Dalam Pengawasan) Corona yang katanya dibiarkan pulang begitu saja tanpa pengarahan yang jelas oleh pihak RS Mitra dan hanya disuruh pergi ke RS rujukan khusus Corono. Bukan tindakan pihak RS Mitra yang membuat saya shock, tetapi justru komentar si Mbak itu yang membuat saya tidak habis pikir.
Mbak-nya ini baik memang sudah mau berbagi, tetapi jujur saja mungkin banyak orang di luar sana yang akan berpikiran sama seperti saya. Panik. Alangkah lebih bijaknya kalau si Mbak tidak perlu membuat konten dengan komentar-komentar pengandaian seperti itu, tetapi langsung saja pergi ke rumah sakit rujukan sesuai arahan yang diberikan RS Mitra. Jangan menuntut semuanya harus ditangani dengan sempurna oleh Pemerintah dan pihak rumah sakit seperti di luar negeri sana. Ini pandemik mbak, semua orang harusnya memiliki kesadaran pribadi dan tanggung jawab moral untuk saling menjaga diri. Semoga kita semua sehat dan bencana virus ini segera menghilang dari muka bumi.
Untuk masyarakat wilayah Jawa Barat yang ingin memantau langsung perkembangan jumlah pasien Covid19, bisa cek langsung di APPS PIKOBAR seperti yang sudah di share oleh Pak Ridwan Kamil di Instagramnya.
Jadi, menurut saya marilah kita sama-sama bersikap bijak dalam mendukung Pemerintah yang sedang berusaha merumuskan tindakan-tindakan terbaik untuk mengatasi serangan virus Covid19 ini. Meskipun Pemerintah belum memutuskan Lockdown, alangkah baiknya kita mengurangi aktivitas sosial yang tidak perlu. Berhentilah bersikap masa bodoh dengan tetap nge-mall cantik, traveling ke tempat-tempat terjangkit, dan segala hal stupid yang bisa berefek memperparah penyebaran virus ini. Jadi, mari sama-sama kita menjaga kesehatan dan kebersihan. Tetap waspada tetapi tidak panik ya, guys.
Dan untuk moms yang masih memiliki balita seperti saya, pesan dari PP IDAI ini semoga bisa bermanfaat ya.
Jadi kalau kalian tidak batuk dan flu, tidak perlu memakai masker. Kasihan orang-orang yang sakit atau tenaga medis yang memang membutuhkan masker kalau sampai barang ini menjadi langka dan sulit didapatkan.
Selain masalah kelangkaan masker, jujur saja sharing info yang belum jelas sumbernya di beberapa grup WhatsApp kian menambah rasa tidak tenang padahal belum tentu infonya benar, kebanyakan ternyata malah hoax. Misalnya saja info tentang cara mengetes apakah kita sudah terjangkit virus Corona atau belum dengan cara menahan nafas selama lebih dari 10 detik. Lalu ketika kita mencoba dengan tergesa dan hasilnya tiba-tiba di detik ke-8 kita terbatuk, paniklah kita. Padahal sebenarnya belum tentu juga kita sudah terjangkit virus Corona.
Saya sendiri yang awalnya mudah was-was setiap kali membaca berita-berita yang di sharing di grup, akhirnya mencoba lebih rasional dengan mengecek kebenarannya di situs resmi kominfo. Contohnya seperti info hoax di bawah ini yang mengatasnamakan lembaga dunia UNICEF, padahal nyatanya pun berasal dari sumber yang tidak terverifikasi.
Miris ya, di tengah bencana pandemik virus seperti ini masih saja ada orang-orang yang dengan sengaja memanfaatkan kesempatan untuk menyebarkan berita yang justru menyesatkan. Dan lebih parahnya lagi, para pemburu berita pun bukannya ikut menjaga situasi agar tetap kondusif tetapi sering kali demi konten menarik justru memproduksi berita yang membuat panik.
Saya tidak akan membahas mengenai anjloknya bursa saham dan analisa para ekonom mengenai kemungkinan bangkrutnya negara kita, itu bahasan yang terlalu berat untuk emak-emak semacam saya. Saya hanya akan membahas mengenai berita kelangkaan bahan kebutuhan pokok seperti headline sebuah media online beberapa waktu lalu. Headline yang membuat saya sempat ketar-ketir. Nyatanya begitu saya membaca isi berita yang dimaksud bahan kebutuhan pokok adalah rempah-rempah seperti kunyit, jahe, temulawak, dan rimpang-rimpangan sejenisnya. Bayangkan, sejak kapan orang Indonesia mengonsumsi rimpang-rimpangan sebagai makanan pokok?
Bukan itu saja, tadi pagi saya dibuat ternganga dengan postingan Instagram Master Deddy Corbuzier yang menayangkan video seorang PDP (Pasien Dalam Pengawasan) Corona yang katanya dibiarkan pulang begitu saja tanpa pengarahan yang jelas oleh pihak RS Mitra dan hanya disuruh pergi ke RS rujukan khusus Corono. Bukan tindakan pihak RS Mitra yang membuat saya shock, tetapi justru komentar si Mbak itu yang membuat saya tidak habis pikir.
Mbak-nya ini baik memang sudah mau berbagi, tetapi jujur saja mungkin banyak orang di luar sana yang akan berpikiran sama seperti saya. Panik. Alangkah lebih bijaknya kalau si Mbak tidak perlu membuat konten dengan komentar-komentar pengandaian seperti itu, tetapi langsung saja pergi ke rumah sakit rujukan sesuai arahan yang diberikan RS Mitra. Jangan menuntut semuanya harus ditangani dengan sempurna oleh Pemerintah dan pihak rumah sakit seperti di luar negeri sana. Ini pandemik mbak, semua orang harusnya memiliki kesadaran pribadi dan tanggung jawab moral untuk saling menjaga diri. Semoga kita semua sehat dan bencana virus ini segera menghilang dari muka bumi.
Untuk masyarakat wilayah Jawa Barat yang ingin memantau langsung perkembangan jumlah pasien Covid19, bisa cek langsung di APPS PIKOBAR seperti yang sudah di share oleh Pak Ridwan Kamil di Instagramnya.
Jadi, menurut saya marilah kita sama-sama bersikap bijak dalam mendukung Pemerintah yang sedang berusaha merumuskan tindakan-tindakan terbaik untuk mengatasi serangan virus Covid19 ini. Meskipun Pemerintah belum memutuskan Lockdown, alangkah baiknya kita mengurangi aktivitas sosial yang tidak perlu. Berhentilah bersikap masa bodoh dengan tetap nge-mall cantik, traveling ke tempat-tempat terjangkit, dan segala hal stupid yang bisa berefek memperparah penyebaran virus ini. Jadi, mari sama-sama kita menjaga kesehatan dan kebersihan. Tetap waspada tetapi tidak panik ya, guys.
Dan untuk moms yang masih memiliki balita seperti saya, pesan dari PP IDAI ini semoga bisa bermanfaat ya.
No comments